Pada siang hari pkl 14.30 wib, bertepatan dengan sabtu 30 maret 2013, kami beserta keluarga
menggunakan kendaraan pribadi baru saja mengarah
pulang dari jakarta selatan menuju Jakarta barat. Rute perjalanan yang
kami tempuh adalah jalan layang non tol Pangeran
antasari, terminal blok M, jalan truno joyo dan tibalah kami di lampu merah
dekat patung pemuda membangun bundaran senayan.
Suasana pada siang hari itu dengan kondisi nano nano sehabis
diguyur hujan, mendung disertai sedikit angin dan juga sinar matahari. Kondisi
jalanpun basah oleh air hujan dan sedikit macet dimulai dari al azhar sampai
dengan bundaran senayan.
Setibanya kami dibundaran senayan, lampu lalu lintas
mendadak merah dan kamipun terpaksa berhenti manis untuk menunggu giliran lampu
merah menjadi hijau. Pada saat inilah
ada kejadian yang boleh dibilang unik, lucu, menyedihkan dan juga menyebalkan.
Pada lampu merah bundaran senayan mengarah ke gedung ratu
plasa ini memang banyak dihuni oleh para pengamen dan juga peminta minta. Modusnya
lucu lucu mulai dari berjalan terseok seok tapi kondisinya gagah dan bugar ada
juga yang menggendong bayi balita sehingga kepanasan dan kehujanan. Pada
kesempatan ini bukan kami bermaksud riya jikalau ada rejeki pastilah kami memberi
barang sedikit kepada para peminta minta ini walaupun hanya recehan 500, 1 ribu
atau 2 ribu.
Akan tetapi hari ini kami melihat pemandangan yang diluar
dari biasa, diantara para peminta minta tersebut ada seorang anak gadis cilik
berusia sekitaran kelas 4 sekolah dasar 10 atau 11 tahun yang berjualan bunga.
Dengan kondisi basah kuyup habis terguyur hujan dan disinari terik matahari
anak gadis kecil ini berusaha menjajakan bunga dagangan kepada para pengendara
mobil. Kondisi bunga dagangannya pun sudah tidak lagi bagus sebab sudah
terbasah basah oleh air hujan, warnanya tidak lagi cantik merah pudar kearah
putih seolah warna bunga luntur oleh siraman air hujan.
Pada saat itu yang ada dibenak hati kecil berkata kasian
betul anak gadis kecil ini, dia seperti mengiba iba setengah menangis kepada
setiap pengendara mobil agar membeli bunga dagangannya. Melihat kondisi ini
maka spontan tangan ini mengambil uang yang ada di dashboard mobil bagian bawah
sejumlah Rp.3000 untuk diberikan kepada gadis kecil malang tersebut. Maksud kami
adalah kami beri uang tersebut tanpa membeli bunga dagangannya.
Selepas kaca mobil dibuka dan uang tersebut diberikan maka
kami langsung menutup kaca mobil kembali. Akan tetapi gadis kecil ini berkata “tidak
mau tidak mau” sambil menyodorkan kembali uang pemberian kami tersebut. Dari dalam
mobil kami berkata tidak apa2 sudah ambil saja sambil memberi isyarat tangan
dari dalam mobil.
Sambil mengiba iba gadis kecil itu berkata lagi “tidak mau
tidak mau”. Wah kamipun bingung dibuatnya sebab kami tidak membutuhkan bunga pada
saat itu, selain itu tidak ada uang yang pass seandainya kami berniat sedekah
bunga.
Berkali kali kami katakan dari dalam mobil tanpa membuka
kaca “ sudah ambil saja uangnya “ tapi dia gadis kecil itu malah menjadi jadi
mengiba iba dan berkata “ tidak mau, tidak mau “ sampai akhirnya hal ini
menjadi perhatian pengendara mobil disamping kiri kanan dan belakang mobil
kami.
Selepas itu mobil sedan disamping kami memanggil si gadis
cilik penjual bunga dan membeli 1 tangkai bunga dengan uang Rp 10 ribu, Namun
kembali gadis kecil ini menghampiri mobil kami dan mengiba iba sambil berkata “tidak
mau” pada saat itu saya pun berkata didalam hati bahwa mungkin gadis kecil ini
lebih suka berjualan bunga ketimbang menjadi peminta minta, wah sangat mulia
sekali hatinya. Maka ya sudahlah apa boleh buat terpaksa kami membuka kaca
mobil dan gadis kecil tadi langsung menyodorkan uang pemberian kami dan berkata
“ NGASIH CUMAN 3 RIBU, DASAR K*NT*L” kemudian gadis kecil itu berlalu. Pada
saat yang bersamaan lampu lalu lintas sudah berganti hijau dan giliran kamilah
untuk berjalan.
Sekejap kamipun terkejut, terkesima dan galau abis. Rasa iba
bangga dan syalut yang kami punya atas usaha si gadis kecil penjual bungapun
hancur berkeping keeping diiringi oleh rasa malu dan keheranan yang teramat
sangat. Apa gerangan maksud dari si gadis kecil ini ? kenapa dia tidak mau
menerima uang pemberian kami ? kenapa sikap dan mimik wajahnya bisa berubah drastis
180 derajat dari yang memelas sampai dengan bengis disertai kegalakan dan
lontaran kata kata kotor yang tidak pantas keluar dari mulut anak ingusan bau
kencur itu.
Kami mencoba menganalisa dengan seribu kemungkinan akan
tetapi hingga saat tulisan ini diturunkan kami belumlah peroleh jawaban yang
pasti. Mungkin ada dari rekan pembaca yang sudi memberikan masukan atau analisa
berkaitan dengan kejadian ini. Yang pasti dapat kami lakukan adalah ber-introspeksi
mencoba mengambil hikmah daripada kejadian siang hari ini :
1.
Berhati hatilah apabila ingin memberi uang
kepada pengemis jalanan, sebab mimik wajah dan acting yang ditunjukkan belum
tentu menggambarkan kodisi sebenarnya daripada si pengemis.
2.
Memberilah pada tempatnya, jangan di sembarang
tempat semisal lampu merah atau dijalanan. Lebih baik di lembaga seperti amal
atau sejenisnya.
3.
Memberilah dengan jumlah yang banyak, jangan
sedikit sedikit, jangan pelit (ini maksud daripada semua peminta minta).
4.
Jangan memberi uang kepada penjual dipinggir
jalan walaupun dengan tujuan mulia, kalau mau memberi ya dengan cara membeli
barang dagangannya. Bisa2 anda akan dikatai seperti yang baru saja kami alami.
5.
Tidak semua orang bisa memahami niatan baik
kita, oleh sebab itu temukanlah cara terbaik yang dapat diterima oleh para
pihak. (saya pinjam gaya bahasa ini dari om Mario teguh).
Demikianlah cerita kisah nyata dari kami pada long wiken
hari paskah ini. Tidak ada bagian dari cerita ini yang dilebih lebihkan atau
dikurang kurangkan semua disajikan apa adanya untuk kepentingan penulis semata.
Dan semoga para pembacanya dapat mengambil hikmah positif. Adapun komentar dan
saran berkaitan dengan cerita diatas tetep kami nantikan.
Salam
PQ